Mengupas
Tajam Pacaran dalam Kacamata Islam
Oleh
Ika
Nur Hikmah
Judul : Udah
Putusin Aja!
Penulis : Felix Y.
Siauw
Tebal : 180
halaman
Penerbit : PT Mizan
Pustaka
Terbit : Maret
2013
ISBN :
978-602-9255-43-0
Buku “Udah, Putusin Aja!” ini adalah hasil karya Felix Yanwar
Siauw, yang lahir pada 31 Januari 1984 di Palembang. Dikenal sebagai pendakwah,
penulis buku, dan pembawa acara. Beberapa karyanya yaitu Muhammad Al-Fatih
1453, Beyond The Inpiration, How to Master Your. Dibalik judulnya yang
kontroversial, buah karya seorang Islamic Inpirator ini mengetengahkan betapa
bahayanya pacaran dikalangan remaja saat ini. Hal ini terungkap dari sebuah
email yang dikirimkan kepada penulis buku ini bahwa ada seorang perempuan
hilang kehormatannya saat pacaran. Ini disebabkan karena rayuan sang pacar,
dengan dalih cinta, dengan dalih sudah dewasa dan berbagai alasan yang akhirnya
meluluhkan hati perempuan itu dan terjadilah. Namun, menyadari kesalahan itu si
perempuan minta pertanggungjawaban pada si lelaki. Sayangnya, lelaki itu malah
tidak bertanggungjawab!
Inilah alasannya Islam melarang pacaran. Tidak ada pacaran Islami
dan embel-embel Islami lainnya kecuali yang dihalalkan yaitu pernikahan.
Setelah kasus perempuan itu, buku ini kemudian membahas
perlahan-lahan tentang fitrah cinta yang ada dalam diri manusia, pacaran,
valentine day sampai membahas masalah khitbah dan ta’aruf bagi yang sudah siap
menikah.
Pada bab pertama dan kedua dijelaskan bahwa cinta itu fitrah. Allah
memang menjadikan rasa cinta antara jenis yang berlawanan, sama seperti Allah
jadikan rasa cinta manusia terhadap apapun yang diinginkan di dunia. Kita
manusia biasa yang memiliki cinta. Tiada yang salah karena cinta adalah
anugerah. Bila kita sudah merasa jatuh cinta, itu tandanya kita normal dan
baik-baik saja. Tapi makna cinta di sini luas tidak disempitkan menjadi syahwat
yang diarahkan pada perbuatan maksiat.
Parahnya lagi banyak yang menganggap kalau pacaran adalah tanda
beradegan dewasa bukan tanda dewasa. Na’udzubillah. Pada bab ketiga dan keempat
ini, Felix Siauw mengungkap fakta bahwa 92% pelajar itu pernah melakukan kissing,
petting, dan oral sex, 62% pernah melakukan hubungan intim, dan
22,7% siswi SMA pernah melakukan aborsi. Tidak diragukan lagi bahwa
pacaran adalah jalan hambatan menuju zina dan ini hal yang memprihatinkan. Buku
ini mengungkap sifat lelaki yang belum siap menikah tapi melampiaskannya dengan
cara pacaran. Bila niatnya sudah pacaran maka masa depanpun tidak akan ada. Begitupun
dengan kehormatan. Bagi para perempuan wajib baca buku ini agar punya pemahaman
lebih tentang betapa bahayanya tipu muslihat kaum lelaki yang mempunyai hati
yang dipenuhi syahwat dan iman yang lemah.
Pada bab kelima, Udah Putusin Aja, dijelaskan bahwa lelaki yang
tidak lulus ujian tanggung jawab dan komitmen akhirnya masuk dalam jurusan
pacaran. Padahal, pendamping yang saleh tidak pernah didapatkan dari proses
pacaran, karena kesalehan dan kebatilan jelas bertentangan. Coba kita pikirkan
bersama, sebelum menikah saja sudah berani berbuat maksiat dengan pacaran. Lalu
apa yang menghalanginya berbuat maksiat setelah menikah? Aturan Islam dalam hal
ini sangat sederhana. “Bila cinta, datangi walinya dan menikahlah, bila belum
siap ya persiapkan diri dalam diam. Minta Allah yang bimbing sampai waktu yang
indah tiba.”
Selain membahas berbagai masalah tentang pacaran, pada bab keenam
dan ketujuh, buku ini menghadirkan bagaimana seharusnya cinta ini diarahkan dan
dijaga, penjelasan tentang khitbah yang sering dikenal kucing dalam karung,
padahal ada proses perkenalan. Bila sudah mendapatkan yang disenangi, yang kita
pun cenderung kepadanya, lanjutkan ke proses khitbah (peminangan). Khitbah
bukanlah pacaran dalam bentuk islami. Untuk saling mengenal, boleh saja lelaki
bertemu dengan wanita yang dikhitbahnya untuk melakukan perkenalan (ta’aruf).
Hanya saja, harus ada mahramnya yang menemani.
Pada bab yang kedelapan, Felix Siauw menghimbau bila belum siap
untuk menikah, jangan coba mengumbar cinta. Coba alihkan cinta ke jalan yang
bermanfaat lagi halal juga berpahala. Perbanyak shaum dan mengingat Allah,
semoga hati kita diberikan ketenangan oleh Allah untuk menjaga ketaatan sampai
waktunya.
Udah Putus, Galau, nih! Gimana Bisa Move On? Merupakan bab yang
kesembilan. Di buku ini dijelaskan bahwa bagi anak muda yang ribet karena galau
dan belum bisa menggapai tahap nikah, ada beberapa poin yang bisa membantu
meminimalisasi galau karena cinta, diantaranya mengingat Allah akan membuat
galau karena cinta menjadi ketenangan, gabungkan diri dalam perjuangan Islam,
baca kisah-kisah Rasulullah saw, sahabat, dan panglima-panglima Islam, dan find
your positive hobby yang bisa mengalihkan kita.
Pada bab kesepuluh, Yang Muda Yang Bercinta, telah dijelaskan bahwa
mempunyai cinta tidak mengharuskan mengumbar cinta. Mencintai tidak berarti
membolehkan segala yang dilarang Allah. Menunda cinta sampai pada waktunya,
itulah kata yang tepat. Jangan menodai cinta
dengan mengatasnamakan cinta atas pekerjaan nafsu. Bila memang belum saatnya,
jangan memaksa. Mungkin waktu memang guru yang paling tepat untuk mengajari
cinta agar ia sejati.
Pada bab yang terakhir terdapat beberapa tips bagaimana seharusnya
kita mempersiapkan diri menuju cinta hakiki, jenjang pernikahan yang diridhai
Allah. Pertama, mari memantaskan diri menjadi seorang suami atau istri yang
baik bagi keluarga kita kelak, sehingga pantas bagi kita untuk dipilih dalam
membangun mahligai pernikahan. Kedua, dengan meminta perantara kepada seseorang
yang telah menikah, yang tentunya memiliki informasi dari pasangannya. Ketiga,
lakukan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Keempat, tambahkan dengan
perkara-perkara sunnah.
Kelebihannya, buku ini sangat menarik dan atraktif, karena setiap
analogi cerdas yang diungkapkan itu disertai visualisasi yang keren, dijamin
gaya icon-icon gambar pada buku ini tidak membuat kita bosan untuk terus
membaca buku ini. Mereka setia menemani ekspresi yang kita buat, ada sedih, senang,
jengkel bahkan pipi yang bersemu merah turut membuat hati kita jadi
hangat.
Tapi menurut saya buku ini karena bernuansa pink mencolok sehingga
kurang pantas kalau lelaki membaca buku pink ini di tempat umum, jadi sebaiknya
ada yang warna biru, tapi otomatis akan mengubah isi dari bukunya mungkin
sehingga bahasannya lebih pada objek lelaki. Walaupun demikian, isinya
ternyata tidak hanya diperuntukan untuk perempuan, tapi untuk lelaki juga.
Namun ada beberapa catatan yang bisa menjadi perhatian untuk upaya
penyempurnaan buku ini. Perlu konsisten terutama saat memuat ayat-ayat Al
Quran. Di mana ada sebagian yang memakai tanda baca (harakaat) ada juga yang
tidak (gundul). Menurut saya perlu ditambahkan tanda baca serta ditambahkan
cara bacanya juga biar yang belum bisa baca bisa belajar membaca ayat Al Quran
dengan buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar