Menguasai
Uang, Waktu, dan Kesehatan dalam Hitungan Menit
Oleh
Ika
Nur Hikmah
Judul :
Percepatan Rezeki
Penulis : Ippho
‘Right’ Santosa
Tebal : 141
halaman
Penerbit : PT Elex
Media Komputindo
Terbit : Mei
2011
ISBN :
978-979-27-9329-1
Otak kanan adalah otak percepatan. Pendekata yag Ippho pakai pada
buku ini adalah pendekatan khas otak kanan. Di mana kita tidak perlu lama-lama,
tidak harus urut-urut, berasumsi tidak ada yang mustahil, dan berbasis
hubungan. Ippho Santosa lahir pada 30 Desember 1977 di Pekanbaru. Kini, publik
dan media massa mengenalnya sebagai pakar otak kanan (creative marketer),
penulis buku-buku mega-bestseller, pembicara seminar di Indonesia dan
Singapura, penerima MURI Award, dan Entrepreneur di beberapa bidang
usaha. Ia telah menulis belasan buku bisnis dan motivasi. Salah satu bukunya
yang paling laris, selalu diseminarkan, dan menjadi seri otak kanan adalah Percepatan
Rezeki: Dalam 40 Hari dengan Otak Kanan.
Berbeda dengan buku sebelumnya, kalau pada buku sebelumnya rezeki
hanya diulas dari sisi uang saja, maka pada buku ini rezeki dikupas dari sisi
uang, waktu, juga kesehatan. Jadi, lebih lengkap (holistik). Bukan hanya
mengandalkan pendekatan-pendekatan otak kanan, buku ini juga mengedepankan
sentuhan-sentuhan islami. Maka jadilah buku ini tujuh bab yaitu, Warisan Nabi,
Piagam Tertinggi, Investasi Gaib, Koin Keberuntungan, Puncak Kenikmatan, Akar
Serabut Kerugian, dan Keajaiban Ke-8.
Pada bab pertama, Warisan Nabi, sulit dipungkiri dan diingkari jika
para teladan itu mulai dari A sampai Z adalah orang-orang kaya, contohnya Nabi
Muhammad, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, istri Nabi,
Siti khadijah yang ternyata lebih kaya daripada Nabi, pemimpin Wali Songo
adalah orang kaya, serta pendiri NU dan Muhammadiyah adalah orang-orang kaya.
Menjadi kaya ala Nabi, inilah yang disebut Warisan Nabi. Oleh karena itu, jika
memang kita mencintai para teladan tersebut, maka jangan kecewakan mereka.
Teladani mereka. Pastikan kita kaya dan jangan biarkan kita tenggelam dalam
jurang kemiskinan.
Pada bab kedua, Piagam Tertinggi, Ippho memaparkan cara terbaik untuk
‘membeli’ impian adalah meningkatkan amal kebaikan dengan berusaha, berdoa, dan
beramal. Ya berharap, ya beramal. Harap itu bagian dari iman. Allah mendidik
kita untuk berharap dan Nabi pun mengajarkan kita untuk berharap kepada Allah.
Selagi kita berharap kepada Allah, itulah namanya ikhlas. Sebaliknya, apabila
kita berharap kepada selain Allah, itulah yang namanya tidak ikhlas.
Bab ketiga adalah Inventasi Gaib. Yang dimaksud investasi gaib di
sini adalah sedekah. Sedekah sangat berkhasiat untuk menolak bala, memudahkan
rezeki, memudahkan jodoh, memelihara kesehatan. Berapapun yang kita sedekahkan,
pasti dibalas dan dilipatgandakan oleh-Nya langsung pada hari itu juga, sama
sekali tidak ada penundaan. Perlu kita ketahui bahwa sedekahlah yang mampu meningkatkan
harta. Sedangkan zakat hanya mampu menjaga harta. Apabila kita ingin
betul-betul mengajaibkan hasil, maka lipatgandakanlah sedekah kita.
Pada bab selanjutya yaitu Koin Keberuntungan dan 3 Komoditas
Termahal, Ippho menjelaskan bahwa ketidakpastian itu adalah rahmat. Dengan
begitu, kita pun optimal berikhtiar dan beribadah. Selama ini, ikhtiar dan beribadah sering diletakkan
secara terpisah. Padahal sesungguhnya ikhtiar dan ibadah adalah dua sisi yang
melapisi Koin Keberuntungan. Karena ikhtiar itu adalah ibadah dan ibadah itu
adalah ikhtiar. Tiga Komoditas Termahal yang dimaksud di sini adalah uang,
waktu, dan kesehatan. Seseorang belum layak menyandang predikat kaya, kalau
hanya menikmati salah satunya. Mesti menikmati ketiga-tiganya dan ternyata
ketiga-tiganya bisa ‘dibeli’ dengan Koin Keberuntungan, sekurangnya ada tiga
amalan, yakni sedekah, sholat dhuha, dan sholat tahajjud.
Di bab kelima, Puncak Kenikmatan dan 3 Rahasia Besar. Puncak
kenikmatan yang dimaksud adalah kesehatan. Karena tanpa kesehatan, hampir dapat
dipastikan nikmat-nikmat yang lain tidak akan terasa nikmat. Tawar dan hambar.
Ippho juga mengungkap tiga rahasia besar tentang kesehatan. Rahasia kesehatan
yang peertama adalah sholat tahajjud. Nabi juga mengisyaratkan bahwa sholat
tahajjud itu pengusir penyakit dari badan. Bukan cuma penyakit hati. Air adalah
rahasia kesehatan yang kedua. Berdasarkan penelitian Dr. Masaru Emoto, kristal
air akan berubah bentuk, mengikuti kata-kata yang diucapkan kepadanya. Kita
tahu bahwa sekitar 70% tubuh manusia terdiri dari air. Bayangkan betapa
menyehatkannya ucapan kata ‘syukur’ dan ungkapan rasa syukur itu bagi tubuh.
Sedangkan rahasia kesehatan yang ketiga adalah anti rokok. Pada sebatang rokok
terdapat 4000 zat kimia beracun, berarti mudharatnya rokok lebih besar daripada
manfaatnya. Bukankah Nabi melarang hal tersebut? Maka tinggalkan hal tersebut
agar tidak membahayakan kesehatan diri kita sendiri dan orang lain.
Akar Serabut Kerugian dan Cara Mengatasinya adalah bab yang keenam.
Disebut-sebut begitu karena memang ianya dapat merambat ke mana-mana. Dan
inilah Akar Serabut Kerugian itu, tidak berzakat, tidak membayar hak orang
lain, tidak selarasnya impian dengan pasangan dan orang tua, tidak sempurnanya
ikhtiar, dan tidak memahami cara meminta. Untuk mengatasinya, maka kita
tunaikan semua hal tersebut. Kalau itu semua sudah, kebanyakan dari kita berharap
mengalami sebuah keajaiban. Padahal setiap detiknya kita tengah menikmati keajaiban.
Sudah seyogyanya kita besyukur setiap detiknya.
Pada bab terakhir, Keajaiban Ke-8, Ippho menegaskan bahwa
sebenarnya bukan zakat yang melindungi. Bukan sedekah yang mengayakan. Bukan
sholat tahajjud yang menyehatkan. Karena hanya Allah-lah yang melindungi,
mengayakan, dan meyehatkan. Adapun zakat, sedekah, sholat tahajjud, dan
lain-lain itu cuma sebuah ‘perantara’. Sebuah jalan. Sebuah wasilah. Jika kita
telah memiliki keyakinan yang sempurna seperti itu, maka inilah yang dinamakan
dengan Keajaiban Ke-8. Inilah yang menggerakkan 7 Keajaiban Rezeki.
Inilah inti segala inti, rezeki di atas rezeki.
Buku yang informatif ini penting untuk dijadikan rujukan bagi
mereka para enterpreneur dan pemimpin, terutama bagi mereka yang ingin
merubah hidup mereka, dan mereka yang ingin mempercepat datangnya rezeki. Dikemas dengan gaya
bahasa yang lugas dan ringan disertai
gambar dan bukti yang mendukung, buku ini layak sebagai salah satu referensi dalam
mengembangkan potensi rezeki kita. Masih dengan kekhasan otak kanan, Ippho
menyisipkan ‘guyonan’ pada setiap bab yang dibahas, sehingga tidak membuat
pembaca bosan.
Namun,
seperti yang kita ketahui, tak ada gading yang tak retak. Dalam buku ini juga
terdapat kekurangan, diantaranya tata letak yang kurang proporsional. Pada
akhir bab kedua, kelima dan keenam terdapat testimoni pembaca tentang karya
Ippho yang lain. Sehingga mungkin membuat orang yang membacanya sedikit
bingung. Sebaiknya, testimoni pembaca itu diletakkan di awal atau di akhir buku
saja, tidak di tengah-tengah buku.
Mantul artiketnya semoga bermanfaat
BalasHapusBagusss & manfaat
BalasHapus