Jumat, 14 Maret 2014

Resensi Buku Percepatan Rezeki

Menguasai Uang, Waktu, dan Kesehatan dalam Hitungan Menit
Oleh
Ika Nur Hikmah



Judul                : Percepatan Rezeki
Penulis             : Ippho ‘Right’ Santosa
Tebal               : 141 halaman
Penerbit           : PT Elex Media Komputindo
Terbit               : Mei 2011
ISBN               : 978-979-27-9329-1



Otak kanan adalah otak percepatan. Pendekata yag Ippho pakai pada buku ini adalah pendekatan khas otak kanan. Di mana kita tidak perlu lama-lama, tidak harus urut-urut, berasumsi tidak ada yang mustahil, dan berbasis hubungan. Ippho Santosa lahir pada 30 Desember 1977 di Pekanbaru. Kini, publik dan media massa mengenalnya sebagai pakar otak kanan (creative marketer), penulis buku-buku mega-bestseller, pembicara seminar di Indonesia dan Singapura, penerima MURI Award, dan Entrepreneur di beberapa bidang usaha. Ia telah menulis belasan buku bisnis dan motivasi. Salah satu bukunya yang paling laris, selalu diseminarkan, dan menjadi seri otak kanan adalah Percepatan Rezeki: Dalam 40 Hari dengan Otak Kanan.
Berbeda dengan buku sebelumnya, kalau pada buku sebelumnya rezeki hanya diulas dari sisi uang saja, maka pada buku ini rezeki dikupas dari sisi uang, waktu, juga kesehatan. Jadi, lebih lengkap (holistik). Bukan hanya mengandalkan pendekatan-pendekatan otak kanan, buku ini juga mengedepankan sentuhan-sentuhan islami. Maka jadilah buku ini tujuh bab yaitu, Warisan Nabi, Piagam Tertinggi, Investasi Gaib, Koin Keberuntungan, Puncak Kenikmatan, Akar Serabut Kerugian, dan Keajaiban Ke-8.
Pada bab pertama, Warisan Nabi, sulit dipungkiri dan diingkari jika para teladan itu mulai dari A sampai Z adalah orang-orang kaya, contohnya Nabi Muhammad, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, istri Nabi, Siti khadijah yang ternyata lebih kaya daripada Nabi, pemimpin Wali Songo adalah orang kaya, serta pendiri NU dan Muhammadiyah adalah orang-orang kaya. Menjadi kaya ala Nabi, inilah yang disebut Warisan Nabi. Oleh karena itu, jika memang kita mencintai para teladan tersebut, maka jangan kecewakan mereka. Teladani mereka. Pastikan kita kaya dan jangan biarkan kita tenggelam dalam jurang kemiskinan.
Pada bab kedua, Piagam Tertinggi, Ippho memaparkan cara terbaik untuk ‘membeli’ impian adalah meningkatkan amal kebaikan dengan berusaha, berdoa, dan beramal. Ya berharap, ya beramal. Harap itu bagian dari iman. Allah mendidik kita untuk berharap dan Nabi pun mengajarkan kita untuk berharap kepada Allah. Selagi kita berharap kepada Allah, itulah namanya ikhlas. Sebaliknya, apabila kita berharap kepada selain Allah, itulah yang namanya tidak ikhlas.
Bab ketiga adalah Inventasi Gaib. Yang dimaksud investasi gaib di sini adalah sedekah. Sedekah sangat berkhasiat untuk menolak bala, memudahkan rezeki, memudahkan jodoh, memelihara kesehatan. Berapapun yang kita sedekahkan, pasti dibalas dan dilipatgandakan oleh-Nya langsung pada hari itu juga, sama sekali tidak ada penundaan. Perlu kita ketahui bahwa sedekahlah yang mampu meningkatkan harta. Sedangkan zakat hanya mampu menjaga harta. Apabila kita ingin betul-betul mengajaibkan hasil, maka lipatgandakanlah sedekah kita.
Pada bab selanjutya yaitu Koin Keberuntungan dan 3 Komoditas Termahal, Ippho menjelaskan bahwa ketidakpastian itu adalah rahmat. Dengan begitu, kita pun optimal berikhtiar dan beribadah. Selama ini,  ikhtiar dan beribadah sering diletakkan secara terpisah. Padahal sesungguhnya ikhtiar dan ibadah adalah dua sisi yang melapisi Koin Keberuntungan. Karena ikhtiar itu adalah ibadah dan ibadah itu adalah ikhtiar. Tiga Komoditas Termahal yang dimaksud di sini adalah uang, waktu, dan kesehatan. Seseorang belum layak menyandang predikat kaya, kalau hanya menikmati salah satunya. Mesti menikmati ketiga-tiganya dan ternyata ketiga-tiganya bisa ‘dibeli’ dengan Koin Keberuntungan, sekurangnya ada tiga amalan, yakni sedekah, sholat dhuha, dan sholat tahajjud.
Di bab kelima, Puncak Kenikmatan dan 3 Rahasia Besar. Puncak kenikmatan yang dimaksud adalah kesehatan. Karena tanpa kesehatan, hampir dapat dipastikan nikmat-nikmat yang lain tidak akan terasa nikmat. Tawar dan hambar. Ippho juga mengungkap tiga rahasia besar tentang kesehatan. Rahasia kesehatan yang peertama adalah sholat tahajjud. Nabi juga mengisyaratkan bahwa sholat tahajjud itu pengusir penyakit dari badan. Bukan cuma penyakit hati. Air adalah rahasia kesehatan yang kedua. Berdasarkan penelitian Dr. Masaru Emoto, kristal air akan berubah bentuk, mengikuti kata-kata yang diucapkan kepadanya. Kita tahu bahwa sekitar 70% tubuh manusia terdiri dari air. Bayangkan betapa menyehatkannya ucapan kata ‘syukur’ dan ungkapan rasa syukur itu bagi tubuh. Sedangkan rahasia kesehatan yang ketiga adalah anti rokok. Pada sebatang rokok terdapat 4000 zat kimia beracun, berarti mudharatnya rokok lebih besar daripada manfaatnya. Bukankah Nabi melarang hal tersebut? Maka tinggalkan hal tersebut agar tidak membahayakan kesehatan diri kita sendiri dan orang lain.
Akar Serabut Kerugian dan Cara Mengatasinya adalah bab yang keenam. Disebut-sebut begitu karena memang ianya dapat merambat ke mana-mana. Dan inilah Akar Serabut Kerugian itu, tidak berzakat, tidak membayar hak orang lain, tidak selarasnya impian dengan pasangan dan orang tua, tidak sempurnanya ikhtiar, dan tidak memahami cara meminta. Untuk mengatasinya, maka kita tunaikan semua hal tersebut. Kalau itu semua sudah, kebanyakan dari kita berharap mengalami sebuah keajaiban. Padahal setiap detiknya kita tengah menikmati keajaiban. Sudah seyogyanya kita besyukur setiap detiknya.
Pada bab terakhir, Keajaiban Ke-8, Ippho menegaskan bahwa sebenarnya bukan zakat yang melindungi. Bukan sedekah yang mengayakan. Bukan sholat tahajjud yang menyehatkan. Karena hanya Allah-lah yang melindungi, mengayakan, dan meyehatkan. Adapun zakat, sedekah, sholat tahajjud, dan lain-lain itu cuma sebuah ‘perantara’. Sebuah jalan. Sebuah wasilah. Jika kita telah memiliki keyakinan yang sempurna seperti itu, maka inilah yang dinamakan dengan Keajaiban Ke-8. Inilah yang menggerakkan 7 Keajaiban Rezeki. Inilah inti segala inti, rezeki di atas rezeki.
Buku yang informatif ini penting untuk dijadikan rujukan bagi mereka para enterpreneur dan pemimpin, terutama bagi mereka yang ingin merubah hidup mereka, dan mereka yang ingin mempercepat datangnya rezeki. Dikemas dengan gaya bahasa yang lugas dan ringan disertai gambar dan bukti yang mendukung, buku ini layak sebagai salah satu referensi dalam mengembangkan potensi rezeki kita. Masih dengan kekhasan otak kanan, Ippho menyisipkan ‘guyonan’ pada setiap bab yang dibahas, sehingga tidak membuat pembaca bosan.
Namun, seperti yang kita ketahui, tak ada gading yang tak retak. Dalam buku ini juga terdapat kekurangan, diantaranya tata letak yang kurang proporsional. Pada akhir bab kedua, kelima dan keenam terdapat testimoni pembaca tentang karya Ippho yang lain. Sehingga mungkin membuat orang yang membacanya sedikit bingung. Sebaiknya, testimoni pembaca itu diletakkan di awal atau di akhir buku saja, tidak di tengah-tengah buku. 

2 komentar: